Desember 20, 2024
manuskrip datu kelampayan

Tim Perpusnas sedang melakukan pelestarian manuskrip kuno karya Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. Foto-ALBANJARI.COM.

ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Perpustakaan Nasional (Perpusnas)Republik Indonesia Melakukan Pelestarian Manuskrip Kuno Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari di Rumah Tuan Guru Sibawaihi Kampung Dalam Pagar Martapura, Kamis (16/6).

Novi Murdiyanti dari Pusat Preservasi dan Ahli Media Bahan Perpustakaan Perpusnas selaku penanggung jawab pelestarian Manuskrip Kuno mengungkapkan, proses pelestarian Manuskrip Kuno ini terlebih dahulu melalui tim verifikasi, didata dan dilakukan survey kemudian baru dilakukan pelestarian. Apabila sesuai maka pertama-tama dilihat dulu kondisi naskahnya, kemudian dialihmediakan, selanjutnya dilaminasi, dijilid, dan diberi judul sesuai bukunya.

“Proses preservasinya dilihat dulu kondisi naskahnya seperti apa, ada yang kondisinya rusak, sampul dan jilidannya rusak, dan jika kondisinya masih bisa dialihmediakan/digitalisasi, maka kita pelihara informasinyaa dulu, agar apabila terjadi sesuatu kita masih punya cadangan datanya (dimuat di dalam CD/ Hardisk), kemudian apabila ada naskah yang kuning dan ujung-ujungnya agak patah maka dilaminasi menggunakan tisu Jepang, dikonservasi kemudian baru dijilid,” ujar Novi.

Naskah yang dialihmediakan menggunakan alat Scanner Portable, pengambilan gambar dari atas sehingga media atau naskah akan tetap terjaga. Selain itu, untuk alih media bisa juga menggunakan kamera.

“Apabila sudah dialihmediakan, hasilnya nanti disimpan di CD, dan diakasihkan kepada pemilik naskah,” katanya.
“Kalau untuk kami, nanti akan kami simpan di Hardisk, jadi kalau misalnya diizinkan akan kamii publish di web kami, sehingga selain menyimpan kami juga bisa menyebarkan informasi. Tapi kembali lagi kepada pemilik naskah,” tambahnya.

manuskrip datu kelampayan

Adapun proses konservasi menurut Toto, untuk pelestarian naskah maka koleksi buku itu terlebih dahulu dipaginasi ulang agar tersusun seperti semula.

“Kalau tidak dipaginasi ulang nanti akan berantakan, supaya misalkan ada gambarnya pun tersusun rapi,” ungkapnya.

Kalau naskah, kata Toto, ada dua cara, yaitu diasifikasi kering dan diasifikasi basah.

“Fungsi diasifikasi kering adalah untuk mengurangi keasaman yang membuat kuning/coklat yang pada naskah tulisan tangan yang bertinta,” ungkapnya.

Adapun bahan yang digunakan adalah metanol 90% dan barium dengan cara disemprot menggunakan semprotan.
“Untuk diasifiaksi basah adalah proses bleaching/memutihkan dalam arti naskah cetakan,” tambahnya.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah Pangan Manat (PK), air aquades, gas (co2 ) dan magnesium. Campuran ini gunanya untuk menetralkan asam.

Setelah proses keduanya itu, baik yang basah maupun yang kering maka dilaminasi dengan menggunakan bahan tisu Jepang. Tujuannya untuk memperkuat naskah yang rapuh menjadi kuat dan tahan lama. Dalam prosesnya dilakukan dari dua sisi.

“Apabila naskah yang rapuh tadi tidak pakai laiminasi maka naskah akan mudah hancur dan berantakan, tetapi setelah dikasih laminasi naskahnya menjadi kuat,” kata Toto.

“Waktu yang digunakan untuk proses laminasi naskah tergantung kondisi naskahnya, sedangkan lamanya naskah bertahan setelah dilaminasi akan bertahan selama 20-100 tahun, tergantung tempat penyimpanan,” ujarnya.

Setelah naskah dilaminasi, di keringkan, selanjutnya disusun sesuai halaman dengan urut. Kemudian dilanjutkan ke penjilidan.

Demikian halnya dengan proses penjilidan, ujar Slamet, dilihat dari kondisi naskahnya. Kalau naskah masih bagus maka hanya dilem bagian yang sobek, tapi kalau agak parah ganti cover.

“Nah kalau naskah ini kan sudah hancur semua, maka kita bikin baru lagi,” ujar Slamet yang bertugas pada penjilidan dan perawatan bahan pustaka.

“Kalau ada yang perlu dijahit, maka dijahit. Kalau masih bagus cukup dikasih lem baru lagi, dikasih lip pelindung, intinnya memperbaiki naskah-naskah supaya awet dan rapi, bentuknya bagus dan tidak berantakan.”
Alat-alat yang digunakan adalah palu, gunting, benang jahit, jarum jahit, cutter, karton, kertas bebas asam (concueror) dan kertas linen (cover biasa) dan sampul bebas asam.

Untuk diketahui, jumlah kitab yang ada di rumah Guru Sibawaihi ada 23 Kitab yang dilestarikan, umur kitab itu rata-rata sudah 200 tahun.

Kegiatan pelestarian manuskrip kuno ini adalah bagian dari kerjasama LTN NU Kabupaten Banjar dengan Perpusnas RI. Sebelumnya, LTN NU Kabupaten Banjar mengirimkan surat permohonan yang isinya meminta tim Perpusnas untuk datang ke Kabupaten Banjar, melestarikan manuskrip kuno di Kabupaten Banjar.

“Dengan difasilitasi Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Banjar Gusti Marhusin dan H Dede Hidayatullah, Alhamdulillah tim Perpusnas bisa datang ke Kabupaten Banjar untuk pelestarian manuskrip-manuskrip ulama di Kabupaten Banjar,” kata Ketua LTN NU Kabupaten Banjar, Muhammad Bulkini.

Sebelumya, sambungnya, pihaknya memang telah melayangkan surat permohonan kedatangan tim Perpusnas tersebut.

 

manuskrip datu kelampayan

Reporter: Rohmiah

Editor: Muhammad Bulkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *