ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Tuan Guru M Fadhlan Asy’ari dimakamkan di Ma’la, Makkah pada Jumat (21/10) siang waktu Arab Saudi.
Guru Fadhlan –begitu beliau dikenal–, diketahui wafat pada Kamis (20/10) pagi waktu setempat di rumah sakit kota Makkah. Almarhum diketahui mengidap penyakit jantung sudah sejak lama.
Jenazah Guru Fadhlan kemudian dishalatkan di Masjidil Haram dan dimakamkan di Ma’la keesokan harinya. Makam beliau berada di blok 45 nomor 88 dengan nisan batu sebelah kiri (di belakang Masjid Jin).
Pemakaman jenazah Guru Fadhlan dihadiri puluhan jemaah asal Banjar yang sedang melaksanakan ibadah umrah di Makkah. Pada prosesi pemakaman tersebut, Tuan Guru Ahmad Barmawi didaulat sebagai pentalqin sekaligus membacakan doa.
Tampak hadir, putra Guru Fadhlan, Guru Ahmad, Tuan Guru Ilham Humaidi, Guru Muhammad Syibawaihi, dan H. Ahmad (keponakan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani).
Sebelumnya diberitakan Albanjari.com, Guru Fadhlan dikabarkan meninggal dunia di Makkah Almukarromah. Kabar tersebut datang dari status Whatsapp anak almarhum yang bernama, Guru Ahmad.
“Minta doanya Ayah ulun guru Fadhlan Asy’ari telah berpulang ke Rahmatullah di Mekkah Al Mukarramah,” begitu tulis Guru Ahmad.
Screenshot status Whatsapp Guru Ahmad sudah terbesar dan banyak dibagikan orang pada Kamis (20/10) siang.
Profil Singkat
Guru Fadhlan merupakan sosok ulama kharismatik di Kalimantan Selatan. Beliau tercatat sebagai Mantan Rais Syuriah NU Kabupaten Banjar sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura.
Guru Fadhlan adalah sepupu dari ulama kebanggaan Banua, Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari atau dikenal Guru Sekumpul. Beliau memiliki ibu bernama Siti Zaleha. Sang ibu merupakan adik kandung dari Abdul Ghani. Abdul Ghani merupakan ayah dari Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari atau Abah Guru Sekumpul.
Ulama kelahiran Martapura, 15 Desember 1962 ini pernah menuntut ilmu di beberapa tempat, di antaranya Pondok Pesantren Darussalam Martapura, kemudian meneruskan ke Kota Bangil, Surabaya. Di sana beliau belajar dengan seorang guru bernama KH. Muhammad Syarwani Abdan.
Editor: Muhammad Bulkini