Albanjari.com, Martapura – Di Kabupaten Banjar, ada satu desa yang dianggap “istimewa”, karena ia terhindar dari aliran-aliran yang menyimpang. Bahkan, desa tersebut diceritakan tidak pernah dimasuki tentara penjajah.
Di Kabupaten Banjar, ada satu desa yang dianggap “istimewa”, karena desa tersebut dibangun oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Desa tersebut di kemudian hari menjadi pusat pendidikan, di mana Syekh Muhammad Arsyad sendiri yang menjadi pengasuh kajian tersebut.
Dari majelis taklim yang diasuh oleh Syekh Muhammad Arsyad tersebut lahirlah para ulama jempolan. Di antaranya berpangkat Khalifah (mufti sekaligus qadhi), Mufti, dan Qadhi. Para ulama yang sebagian besar adalah anak cucu dari Syekh Muhammad Arsyad tersebut kemudian disebar ke seluruh penjuru Kalimantan untuk berdakwah. Singkatnya, desa Dalam Pagar menjadi gudang para ulama di masanya.
Karena dihuni banyak para ulama, desa Dalam Pagar terjaga dari aliran-aliran yang menyimpang, bahkan konon katanya penjajah saja tidak bisa menginjakkan kaki di desa tersebut.
Tuan Guru H. Syaifuddin Zuhri berserita, ada salah satu desa yang tidak bisa dimasuki pasukan Jepang dan Belanda. Desa tersebut adalah desa Dalam Pagar. Salah satu alasannya adalah desa tersebut dijaga oleh ulama “khos” yang dikenal dengan nama Guru Acil Lamak.
Abah Guru Banjar Indah tidak menyebut siapa nama sebenarnya ulama tersebut. Beliau hanya menuturkan bahwa Guru Acil Lamak adalah satu guru dari Tuan Guru H. Zainal Ilmi.
Diceritakan Abah Guru Banjar Indah, ada-ada saja masalah yang mereka alami ketika ingin memasuki kampong tersebut. Di antaranya, mereka tidak bisa menemukan kampong itu, karena hanya melihat hutan seperti tak berpenghuni.
Pernah satu ketika tentara Jepang dan Belanda mau menyeberang (masuk) ke Dalam Pagar. Dari seberang sungai, Guru Acil Lamak duduk menatap mereka. Beliau pun mengambil nyiru, kemudian menaruh kacang kedelai di atasnya.
Kacang-kacang tersebut kemudian “diadu” oleh beliau, seperti memainkan dua boneka kecil. Ajaibnya, tentara Jepang dan Belanda yanag mau masuk ke Kampung Dalam Pagar tersebut malah berkelahi.
Penulis : Muhammad Bulkini