Desember 21, 2024
Tuan Guru Husin Ali

Tuan Guru Husin Ali. Foto-Istimewa.

ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Tuan Guru Husin Ali dikenal sebagai seorang yang ihtiyat (berhati-hati) dalam menjalani kehidupan. Beliau tak ingin apa yang diperbuat di dunia fana ini, berbuah sengsara di kehidupan sesudah mati (akhirat).

Banyak kejadian ‘ganjil’ Guru Husin Ali yang disaksikan banyak orang dalam upaya menjaga diri terhindar dari kesalahan. KH Syaifuddin Zuhri dalam suatu pengajian Majelis Taklim Bani Ismail, Banjarmasin pernah menuturkan, suatu ketika Guru Husin Ali mencuci uang yang didapatnya berdagang dengan air dan pasir.

Ketika ditanya alasannya, beliau berpendapat, bahwa uang ditangannya itu tidak diketahui dari mana asalnya, dan siapa yang memegangnya. Bisa seorang ulama, bisa pula bersentuhan dengan barang yang haram.

Karena itu, Guru Husin Ali memilih untuk membasuh setiap uang yang didapatnya dengan alasan khawatir ada orang yang tidak diterima ibadahnya gara-gara uang (haram) yang datang darinya.

Uniknya, KH Syaifuddin bercerita, setiap uang yang diterima Guru Husin Ali diperlakukan berbeda. Ada yang hanya dibasuh sekali, ada pula yang dibasuh berkali-kali. Seolah beliau mengetahui asal-usul masing-masing uang tersebut.

Di lain waktu, KH Syaifuddin Zuhri pernah pula membantu mengangkatkan koper Guru  Husin Ali, ketika ada Muktamar NU di Surabaya. Saat itu, KH Syaifuddin tertinggal jauh kala berjalan. KH Husin lebih dulu sampai di tempat tujuan.

Sesampainya di tujuan KH Syaifuddin pun menanyai Guru Husin Ali, mengapa ia tertinggal berjalan. Kepada Guru Husin Ali, KH Syaifuddin mengaku sulit mengikuti karena Guru Husin Ali berjalan meloncat-loncat.

Perihal jalannya yang kerap meloncat-loncat itu, Guru Husin Ali punya alasan. Seperti dituturkan KH Syaifuddin, ternyata beliau dibukakan hijab oleh Allah sehingga melihat mana jalan yang boleh dipijak dan yang tidak.
Sebab, sebagaimana diketahui dana pembuatan jalan tidak semua berasal dari dana yang halal.

“Kita orang awam tidak bisa mengikuti jalan beliau tersebut,” KH Syaifuddin mengomentari.

Perihal kehati-hatian Guru Husin Ali juga diakui putra beliau, KH Muhammad Husin. Dia mengatakan, ayahnya itu memang orang yang sangat berhati-hati. Misalnya, mengetahui barang yang pernah tersentuh najis, seperti bekas pijakan anjing.

“Bahkan, sejak berhenti mengajar dan membangun kubah Datuk Kelampayan, beliau tidak lagi mau disentuh orang lain. Meskipun anaknya sendiri,” ujar Ustadz Muhammad.
Di antara bentuk kewaspadaan KH Husin Ali dalam melakukan sesuatu, adalah kegemaran beliau minta petunjuk terbaik dari Allah SWT melalui shalat istikharah.

Tidak hanya pada perkara-perkara besar, beliau juga meminta petunjuk pada perkara-perkara kecil menurut orang awam.

“Beliau beristikharah ketika mau bepergian ke tempat berjarak jauh mau pun dekat. Sebelum membangun rumah, mau beli kayu (papan atau ulin), bahkan untuk beli paku sekali pun,” ucap Ustadz Muhammad bin Husin.

Dengan senantiasa beristikharah Guru Husin Ali selalu dimudahkan urusan. Pulang-pergi Martapura-Makkah dalam urusan haji atau umrah.

Sejak tahun 1965, dalam setahunnya beliau selalu pergi ke Makkah. Bahkan, sampai 3 kali dalam setahun.
Padahal, diakui KH Muhammad Husin, waktu itu urusan pergi ke tanah suci sangat sulit.

“Beliau selalu dimudahkan Allah dalam setiap rihlahnya, dan setiap akan bepergian meninggalkan keluarga, beliau selalu melaksanakan shalat istikharah,” jelasnya.

Penulis: Muhammad Bulkini

*)Terbit pertama kali di koran Harian Media Kalimantan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *