Juli 25, 2024
guru husin ali

Tuan Guru Husin Ali bersama Tuan Guru Salman Jalil, Tuan Guru Husein Qaderi, dan Tuan Guru Badruddin. Foto-Istimewa.

Tuan Guru Husin Ali merupakan tokoh kenamaan Martapura. Kiprahnya tidak hanya sebagai pengajar di Pondok Pesantren Darussalam, tapi juga di berbagai bidang, terlebih dalam dunia keagamaan.

AlBANJARI.COM, MARTAPURA – KEDALAMAN ilmu yang dimiliki Tuan Guru Husin Ali, membuat gurunya, KH Kasyful Anwar kerap menyerahkan tugas penting pada beliau, khususnya dalam bidang keagamaan.

Misalnya, memimpin Bathsul Masail, menjadi pendakwah ke pelosok desa, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Guru Husin Ali ditunjuk KH Kasyful Anwar untuk berdakwah keliling ke desa-desa di Kabupaten Banjar bersama rekan-rekan dewan Guru di Pondok pesantren Darussalam lainnya.

Semisal, KH Salman Djalil, KH Semman Mulya (Guru Padang/keraton), KH Husin Qaderi, KH Salim Ma’ruf, dan guru-guru lainnya.

Ulama-ulama tersebut menyebar ke seluruh desa memberikan pengajaran di majelis-majelis taklim yang diasuh. Jadwal majelis seperti ini akan memadat ketika berbetulan dengan bulan-bulan keagamaan, seperti bulan maulid (Rabiul Awwal) dan peringatan Isra Mi’raj (Rajab).

“Kalau bulan-bulan besar keagamaan seperti itu (Rabiul Awwal dan Rajab), satu bulan penuh ‘dipesan’ orang-orang di kampung-kampung,” ungkap KH Muhammad Husin.

Selain sebagai pendakwah, KH Husin Ali juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai awal Ramadhan dan 1 Syawwal bersama KH Salman Djalil dan dewan guru Pondok Pesantren Darussalam lainnya. Para ulama ini, saat itu pergi ke puncak gunung di Karang Intan untuk menyaksikan terbitnya hilal (ru’yatul hilal).

Kiprah KH Husin Ali bagi perkembangan Islam di Kabupaten Banjar pada khususnya amat bernilai. Beliau tidak hanya menyalurkan segenap ilmu pengetahuan dengan menjadi pengajar, pendakwah, pemimpin organisasi Islam (NU), dan pengambil keputusan terkait masalah keagamaan.

Jauh lebih penting meniru akhlak Rasulullah SAW adalah menyalurkan hartanya untuk kepentingan orang banyak.
Umpamanya membantu ekonomi kaum lemah, membangun dan membina dua situs yang menjadi wisata religi hingga sekarang, yakni makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari di Desa Kelampayan dan makam orangtua Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Syekh Abdullah di Desa Lok Gabang. Dua daerah ini berada di Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

“Wabil khusus makam Syekh Abdullah di Lok Gabang, orang pertama yang menemukan makam tersebut adalah KH Husin Ali,” beber Guru Muhammad bin Husin.

Demi kepentingan perkembangan Islam pula, Guru Husin Ali menjadikan rumah beliau sebagai ‘markas’ bertemunya para ulama, habaib, dan dewan guru Ponpes Darussalam untuk bermudzakarah, berdiskusi, konsultasi, dan bersilaturrahmi.

Dijadikannya rumah beliau sebagai tempat berkumpulnya para ulama, habaib dan dewan Guru Ponpes Darussalam, selain dikarenakan ketokohan beliau, juga dikarenakan dekatnya rumah beliau dengan Ponpes Darussalam.

Penulis: Muhammad Bulkini

*Terbit pertama kali di koran harian Media Kalimantan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *