Juli 24, 2024
Tuan Guru Ridwan Kapuh, foto-net

Tuan Guru Ridwan Kapuh, foto-net

ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Tuan Guru Kapuh merupakan sebutan populer bagi ulama yang bernama lengkap H. Ridwan bin Jauhariyah binti Tuan Guru H. Athaillah bin Tuan Guru H. Abdul Qadir bin Syekh Sa’duddin (Datu Taniran) bin Mufti Syekh Muhammad As’ad binti Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan).

Dalam postingan yang diupload oleh akun Arief As Syafi’i pada Minggu (17/7/22) tersebut, Ia menceritakan mengenai biografi Tuan Guru Kapuh semasa kanak-kanak.

“Beliau lahir sekitar tahun 1965 dari isteri keempat Tuan Guru H. Hasan Basri yang bernama Jauhariyah dari desa Kapuh, Wasah, Kandangan. Beliau waktu kecil sering dibonceng ayahnya naik sepeda ketika sang ayah ceramah keliling dan bertemu sesama tuan guru hingga kelak beliau banyak dikenal murid dan teman-teman ayah beliau. Berarti sejak kecil beliau sudah dididik dan digembleng oleh ayah beliau sendiri sebagai ulama sekaligus aktivis dan pejuang,” tulisnya.

Perlu diketahui, ayah beliau (H. Hasan Basri,red) cukup lama mondok di PP. Gontor, Ponorogo dan PP. Darussalam Martapura. Bahkan dia menjadi murid kesayangan Tuan Guru H. Husin Qaderi.

“Selesai sekolah Tsanawiyah beliau (Tuan Guru Ridwan Kapuh) melanjutkan menuntut ilmu ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo memenuhi pesan ayahnya,”.

Selesai di Gontor, KH. Ridwan Kapuh belajar mendalami agama dengan KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang akrab disapa Abah Guru Sekumpul sambil mengajar di MAPK (MAN 4 Martapura,red) dan SMIH (PP. Hidayatullah,red) Martapura.

Di sini Tuan Guru Kapuh belajar kitab kuning dengan cermat hingga menjadi salah satu murid terkasih Abah Guru Sekumpul.

Tuan Guru Ridwan Kapuh mengatakan bahwa bersekolah di Gontor membuat kita paham secara aktif berbahasa Arab, sedang belajar kepada Abah Guru Sekumpul membuat kita memahami kitab kuning dan berbagai cabang ilmu keislaman

“Suatu perpaduan yang bisa saling mengisi, saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain,”tulis Arif dalam postingannya.

Sebenarnya, sebelum Abah Guru Sekumpul wafat Tuan Guru Kapuh sudah diizinkan untuk membuka majlis di kampungnya. Tapi beliau baru berani membuka majlis setelah Abah Guru wafat pada tanggal 5 Rajab 1426 H bertepatan dengan tahun 2005 M.

“Beliau berupaya membuka majlis yang mirip dengan majelis Abah Guru Sekumpul baik suasana, tempat maupun metode mengajar dan materi kitab yang dibaca hingga jamaah pengajian seperti berada di Sekumpul atau seperti kelanjutan majelis di Sekumpul,”.

Rupanya harapan Tuan Guru Kapuh itu menjadi kenyataan. Pengajiannya banyak didatangi oleh jamaah yang tadinya mengaji di Sekumpul baik dari Hulu Sungai maupun Banjarmasin.

“Nama majelis beliau adalah Majlis Ta’lim Al-Hidayah yang rutin memberikan tausiyah dua kali seminggu tiap hari Minggu dan Jum’at. Pada hari lainnya beliau mengabulkan hajat orang banyak baik menghadiri undangan salamatan, baarwahan, tasmiyah, walimahan maupun ceramah bahkan beliau menjabat sebagai Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) tingkat Kabupaten Hulu Sungai Selatan,”.

Majelis ini hari demi hari berkembang pesat hingga Desa Kapuh yang dulu sepi menjadi sangat ramai terutama pada hari-hari beliau melakukan tausiyah. Bisa dikatakan Kapuh menjadi pusat pendidikan Islam di kota Kandangan sekaligus pusat bertumbuhnya ekonomi kerakyatan tempat peredaran dan perputaran uang yang demikian menggairahkan.

Kebesaran Majlis Ta’lim Al-Hidayah sudah jauh-jauh hari diprediksi (diramal) oleh guru beliau Abah Guru Sakumpul yang menyatakan bahwa di daerah ini, akan muncul majlis pengajian yang besar melebihi besarnya majlis pengajian terdahulu yakni Majelis Pengajian Tuan Guru H. Muhammad Arifin bin Tuan Guru H. Atha’illah bin Tuan Guru H. Abdul Qadir bin Syekh Sa’duddin (Datu Taniran), Paman beliau sendiri, saudara dari ibu beliau. Prediksi Abah Guru Sakumpul ini, berlangsung saat beliau masih aktif mengaji di Sekumpul, Martapura.

“Tidak sampai di situ, beliau juga telah membangun pesantren (PP. Ibnu Athaillah) yang sangat megah di sekitar desa Kapuh, tepatnya berada persis berseberangan dengan majelis dan rumah beliau. Pesantren ini, penanganannya beliau serahkan pada anak beliau sendiri yang telah lulus dari salah satu pesantren terkenal di Jawa dan sudah berkeluarga” pungkasnya.

Makam KH. Ridwan Kapuh,momentum haul pertama 30 Juli 2022
Makam KH. Ridwan Kapuh,momentum haul pertama 30 Juli 2022

Kemudian, Rabu (11/8/21) bertepatan dengan 2 Muharram 1143,tersiar kabar bahwa Tuan Guru Ridwan bin H. Hasan Baseri berpulang ke rahmatullah di Rumah Sakit Hasan Baseri pukul 09.05 wita. Berita kepulangannya pun menjadi trending topic kawasan Kalimantan Selatan yang tersebar di berbagai media.

Beragam ucapan bela sungkawa pun ramai di media sosial. Diantaranya ucapan duka datang dari Habib Segaf bin Hasan Baharun,Rektor IAI Dalwa, Pekalongan di akun instagramnya @ustadzsegafbaharun.

“Kami selaku rektor IAI Dalwa Dr. Habib Segaf bin Hasan Baharun M.H.I. Turut berduka atas wafatnya KH. M. Ridwan bin Tuan Guru Hasan Basri. Rabu, 2 Muharom 1443 Hijriyah/ 11 Agustus 2021 M. Semoga disambut oleh Rasulullah saw,diterima semua ibadahnya,dan ditempatkan di surga Nya, Aamiin ya robbal Alamin” tulis Habib Segaf Baharun dalam postingannya.

Editor : Muhammad Abdillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *