ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banjar merutinkan pembacaan surah yasin dan qosidah burdah setiap Jumat. Kegiatan yang digelar di Aula Madrasah tersebut diberi nama dengan kegiatan Jumat Berkah.
Wakil Kepala Madrasah Bidang Sarana Prasarana, Riduan Noor mengatakan kegiatan rutinan tersebut sebagai salah satu bentuk kegiatan mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah.
“Kita memohon kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan dan kesehatan, tercapai segala hajat dan keinginan yang baik-baik dunia akhirat dengan ridha Allah SWT, dengan berkat Rasulillaah Muhammad SAW,” ujarnya.
Wakil Kepala Madrasah, Rusman membuka kegiatan tersebut dengan memimpin pembacaan surah Alfatihah. Sementara yang bertugas membacakan qosidah burdah pada Jumat (5/8) kemarin adalah Kelas XII Ipa.
Kemudian, kegiatan tersebut ditutup dengan doa yang dibacakan oleh Guru Bahasa Arab, H Basyuni dan Kepala MAN 2 Banjar, M. Guru Yusup.
Kegiatan yang digelar pada pukul 07.00 hingga 08.00 Wita itu diikuti seluruh pengajar dan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banjar.
Melansir dari situs NU Online, ada beberapa keutamaan dari surah Yasin, diantaranya sebagaimana keterangan dibawah berikut :
- Hati Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barang siapa yang membacanya, Allah mencatat pahala bagi pembacanya yang sebanding dengan membaca Al-Qur’an sepuluh kali.
- Barang siapa yang membaca surat Yasin di malam Jum’at, maka Allah memberikan keimanan yang kukuh.
- Barang siapa membaca surat Yasin pada suatu malam karena mengharapkan ridha Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lampau dan keesokan harinya.
- Barang siapa membaca surat Yasin di depan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka Allah meringankan dan memudahkan keluarnya ruh.
- Barang siapa berziarah ke kuburan, lalu membaca surat Yasin, maka Allah meringankan siksa seluruh ahli kubur pada waktu itu. Selanjutnya, pembaca surat Yasin memperoleh pahala yang sama dengan jumlah pahala ahli kubur yang ada.
Sementara itu, melansir dari situs yang sama, qosidah burdah merupakan karangan dari seorang ulama Imam al-Bushiri bernama lengkap Muhammad bin Sa’id bin Himad bin Abdullah ash-Shanhaji al-Bushiri al-Mishri. Ia lahir di desa Dalas, salah satu desa Bani Yusuf di dataran tinggi Mesir pada 609 H. Al-Bushiri kecil kemudian tumbuh di Bushir, desa asal ayahnya. Nisbat atau sebutan al-Bushiri menunjuk pada desa tersebut. Al-Bushiri wafat pada tahun 696 H, ketika berumur 87 tahun dan dimakamkan di dekat makam Syaikh Abil ‘Abbas al-Mursi di kota Iskandaria, Mesir.
Keutamaan Qasidah Burdah
Diceritakan dalam kitab az-Zubdah fî Syarhil Burdah, bahwa suatu saat ada orang sakit mata sangat parah, kemudian ia bermimpi seakan mendengar ucapan: خُذْ مِنَ الْبُرْدَةِ وَاجْعَلْهَا عَلَى عَيْنَيْكَ
Artinya, “Ambillah Qasidah Burdah, kemudian letakkan di depan matamu.”
Setelah terbangun, ia mengadukan mimpinya kepada Syekh al-Wazir. Kemudian Syekh al-Wazir berkata kepadanya: “Qasidah Burdah adalah pujian-pujian kepada Rasulullah, ia bisa menjadi media untuk berobat.”
Setelah itu Syekh al-Wazir mengambil Qasidah Burdah dan menyuruh orang itu untuk duduk. Kemudian beliau meletakkan Burdah di depan matanya. Atas izin Allah, penyakit orang tersebut sembuh saat itu juga.
Tidak hanya itu, Qasidah Burdah juga bisa dijadikan media untuk memohon kepada Allah agar dipenuhi segala kebutuhan, sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Ali al-Qari: وَهِيَ مُجَرَّبَةٌ عِنْدَ طَلَبِ الْحَاجَاتِ وَنُزُوْلِ الْمُهِمَّاتِ Artinya, “Qasidah Burdah sangat mujarab (dijadikan media) untuk memohon pemenuhan berbagai hajat dan suksesnya berbagai kepentingan.” (‘Ali al-Qari, az-Zubdah, halaman 13).
Karenanya, menurut Syekh Ali al-Qari alasan di balik penamaan qasidah ini dengan nama “Burdah” yang berarti kain selimut, baju, karena qasidah ini dapat menjadi penyebab seseorang selamat dari berbagai cobaan, dan dapat menjadi media penyembuhan berbagai penyakit, sebagaimana baju yang bisa menjadi pelindung dari panasnya terik matahari dan lainnya.
Sebagaimana telah dijelaskan, membaca Burdah bukan berarti memohon keselamatan dan kesehatan dengan menuhankan lafal-lafal yang ada di dalamnya, apalagi beranggapan burdah merupakan penyebab dari kesembahan tersebut, namun murni bertawasul kepada Rasulullah saw dengan memujinya dengan membaca Qasidah Burdah, dengan harapan semoga semua kebutuhan dan keinginan dipenuhi oleh Allah.
Editor : Muhammad Abdillah