Juli 24, 2024
Ilustrasi/ foto- net

Ilustrasi/ foto- net

ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Bubur Asyura, begitulah masyarakat banjar menyebut nama hidangan khas yang hanya ada setiap tahun, tepatnya di tanggal 10 Muharram.

Dalam tradisi urang banjar (sebutan masyarakat suku banjar,red), bubur asyura terbuat dari berbagai rempah rempah yang terdiri dari 41 macam sayur-sayuran, kacang-kacangan, beras, daging, telur, dan di sebagian daerah ada yang menambahkan batu dalam proses pembuatannya.

Sebutan 41 macam hanyalah ungkapan untuk menggambarkan banyaknya bahan campuran yang ada di dalam makanan khas tersebut.

Dalam proses pembuatannya, masyarakat banjar menggunakan wadah besar yang disebut dengan kawah, yang diaduk secara bergantian, sehingga kegiatan ini bisa juga disebut dengan mengawah. Setelah masak, bubur tersebut dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membawa wadahnya masing-masing.

Tercatat dalam sejarah, ternyata tradisi bubur asyura sudah ada sejak zaman Nabi Nuh ‘Alaihis Salam. Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab I’anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati juz 2/267 disebutkan:

قَوْلُهُ: وَأَخْرَجَ نُوْحًا مِنَ السَّفِيْنَةِ وَذَلِكَ أَنَّ نُوْحًا – عَلَيْهِ السَّلَامُ – لَمَّا نَزَلَ مِنَ السَّفِيْنَةِ هُوَ وَمَنْ مَعَهُ: شَكَوْا اَلْجُوْعَ، وَقَدْ فَرَغَتْ أَزْوَادُهُمْ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَأْتُوْا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ، فَجَاءَ هَذَا بِكَفِّ حِنْطَةٍ، وَهَذَا بِكَفِّ عَدَسٍ، وَهَذَا بِكَفِّ فُوْلٍ، وَهَذَا بِكَفِّ حِمَّصٍ إِلَى أَنْ بَلَغَتْ سَبْعَ حُبُوْبٍ – وَكَانَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ – فَسَمَّى نُوْحٌ عَلَيْهَا وَطَبَخَهَا لَهُمْ، فَأَكَلُوْا جَمِيْعًا وَشَبِعُوْا، بِبَرَكَاتِ نُوْحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Artinya: Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari perahu. Kisahnya sebagai berikut: sesungguhnya Nabi Nuh ketika berlabuh dan turun dari kapal, beliau bersama orang-orang yang menyertainya, mereka merasa lapar sedangkan perbekalan mereka sudah habis. Lalu Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa perbekalan mereka. Maka, secara serentak mereka mengumpulkan sisa-sisa perbekalannya; ada yang membawa dua genggam biji gandum, ada yang membawa biji adas, ada yang membawa biji kacang ful,ada yang membawa biji himmash (kacang putih), sehingga terkumpul 7 (tujuh) macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura. Selanjutnya Nabi Nuh membaca basmalah pada biji-bijian yang sudah terkumpul itu, lalu beliau memasaknya, setelah matang mereka menyantapnya bersama-sama sehingga semuanya kenyang dengan lantaran berkah Nabi Nuh.

Mengacu dari keterangan di atas, ternyata tradisi yang dilakukan masyarakat tidak sembarang, tetapi ada memiliki landasannya.

Dikutip dari berbagai sumber

Editor : Muhammad Abdillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *