Juli 25, 2024
Ket foto saat Guru Adi Mengisi Pengajian. SS/YouTube Ma'had Aly Darussalam Channel

Albanjari.com, Martapura – Beberapa pihak meragukan ‘Kitab an-Nikah’  adalah karya dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Dalam pengajian umum Guru Adi Hatim di Ma’had Aly Darussalam pada Selasa (27/02/24) malam, membeberkan cerita soal klaim kontroversial terkait status “Kitab an-Nikah” yang pernah diklaim bukan karya asli Datuk Kelampayan.

Salah satu alasan yang diungkapkan oleh Guru Adi adalah ketiadaan muqaddimah atau kata pengantar langsung dari Syekh Muhammad Arsyad Albanjari dalam “Kitab an-Nikah”. Meskipun Mudir Ma’had Aly Darussalam enggan memberikan rincian tentang pihak-pihak yang memberikan klaim tersebut, penjelasan filologi yang disampaikan menarik perhatian jama’ah, Minggu (24/3).

Guru Adi menjelaskan bahwa struktur “Kitab an-Nikah” memiliki perbedaan dengan karya beliau Sabilal Muhtadin yang membuat beberapa pihak meragukan legalitasnya.

“Ini kitab ada beda, ada perbedaan dengan kitab sidin-sidin yang lain. Sehingga adanya perbedaan kitab nikah beliau ini dengan kitab-kitab sidin yang lain, itu memunculkan sebagian orang terhadap kitab ini ragu-ragu,” ungkap Guru Adi.

Alasan lain yang menimbulkan keraguan adalah ketidaksesuaian antara tahun selesai ditulisnya kitab tersebut di cetakan pertama, Alhaj Muharram Afandi, Istambul, Turki, dengan tahun wafat Datuk Kelampayan.

Menurut catatan tersebut, “Kitab an-Nikah” selesai ditulis pada tahun 1289 hijriyah, sementara Syekh Muhammad Arsyad Albanjari wafat pada tahun 1227 hijriyah, menjadikan perbedaan tersebut sekitar 62 tahun.

“Berarti kitab itu ditulis 60 tahun setelah Syekh Muhammad Arsyad meninggal,” ujarnya.

Guru Adi juga mengungkapkan bahwa “Kitab an-Nikah” telah dicetak sebanyak tiga kali oleh berbagai penerbit, termasuk di antaranya cetakan oleh Alhaj Muharram Afandi di Istambul Turki, Darul Ihya al A’raby di Mesir, dan Yapida, Yayasan Pendidikan Islam Dalam Pagar.

“Yang kedua, kitab ini dicetak 3 kali, cetakan pertama itu dicetak oleh Alhaj Muharram Afandi, Istambul Turki. Yang kedua cetakannya dicetak oleh Darul Ihya Al A’raby, Mesir. Yang ketiga ya ini, cetakan dari Yapida, Yayasan Pendidikan Islam Dalam Pagar,” lanjut alumni Strata 2 Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAIN Antasari.

Bukan hanya “Kitab an-Nikah”, karangan lain yang dikaitkan dengan Datuk Kelampayan juga menghadapi keraguan serupa. Salah satunya adalah “Tuhfaturraghibin”, yang pernah diragukan sebagai bukan karya Syekh Arsyad, tetapi diklaim sebagai karya Syekh Abdul Somad Palembang.

“Inya kada sabuting kitab ini aja yang diraguakan urang, kitab Tuhfaturraghibin pernah jua diraguakan. Bahkan diklaim bukan kalangan Syekh Muhammad Arsyad, tapi karangan Abdul Somad Palembang,” bebernya.

Namun, klaim-klaim tersebut berhasil dibantah oleh Rektor IAIN Antasari periode 1997-2001, M. Asywadie Syukur.

Menurut Guru Adi, M. Asywadie Syukur pernah memberikan tujuh hingga delapan bantahan atas klaim-kalaim tersebut. Diantaranya, bahwa keterangan tulisan di akhir kitab cetakan pertama Istambul, Turki merupakan redaksi yang ditambahkan oleh tim percetakan setelah menyelesaikan salinan karya Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.

“Untung Almarhum Aswadi Syukur berhasil membantah statement orang yang ragu-ragu tadi. Ada tujuh atau delapan amun kada salah, temuan daripada Aswadi Syukur bahwa kitab Tuhfaturraghibin benar-benar karangan Syekh Muhammad Arsayad Albanjari,” katanya.

Mudir Ma’had Aly Darussalam juga mengajak jama’ah untuk menziarahi makam Pak Aswadie, sebagai penghargaan atas jasanya dalam membantah klaim-klaim tersebut yang membuat karya seperti “Tuhfaturraghibin” tetap eksis dipelajari hingga saat ini.

Untuk diketahui, Pengajian di Ma’had Aly Darussalam dapat disaksikan melalui akun resmi YouTube Ma’had Aly Darussalam Channel.

 

Penulis: Anwar Syarif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *