
Foto istimewa
Albanjari.com – Tepat pada hari Rabu, 23 November 2022 silam, aula Ma’had Aly Darussalam Martapura pernah menjadi saksi hangat. Saat itu KH. Thaifur Mawardi berkunjung dan disambut langsung oleh Tuan Guru H Hatim Salman, Lc., Pimpinan Ma’had Aly.
Kini, kedua ulama besar itu telah berpulang ke rahmatullah. Namun kenangan pertemuan itu masih terpatri kuat dalam ingatan banyak orang. ketika ilmu, nasihat, dan keteladanan hidup menyatu dalam suasana penuh hormat.
Tuan Guru H Hatim, dengan suara teduhnya, kala itu memperkenalkan sosok tamu mulia. Ia menyebut Kyai Thaifur sebagai murid dari Sayyid Alwi al-Maliki di Makkah, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jawa Tengah yang kini membina ribuan santri.

Nama Kyai Thaifur sudah dikenal luas sebagai santri senior Sayyid Alwi al-Maliki. Namanya terabadikan menjadi sebuah nama sumur “bi’ru Thoifur” yang terletak di Ma’had Rushaifah. Dengan keistimewaan yang dimiliki oleh Kyai Thaifur, ia sering diminta oleh Sayyid Alwi untuk memohon petunjuk kepada Rasulullah Saw lewat mimpi. Karena beliau punya keistimewaan yang telah biasa bermimpi bertemu Rasulullah Saw.
“Beliau adalah salah satu murid Sayyid Alwi al-Maliki. Setelah pulang dari Makkah, beliau mendirikan Pondok Pesantren Darut Tauhid yang sekarang santrinya sudah mencapai sekitar 2000,” tutur KH. Hatim.

Kyai Thaifur, dengan kesahajaan yang menjadi cirinya, lalu menyampaikan pesan dan taujihah yang membekali generasi selanjutnya untuk siap menghadapi segala ketidakjelasan zaman.
Ia mengingatkan tentang jejak para ulama Nusantara, dari Kalimantan hingga Jawa, yang telah menorehkan peran besar dalam perjalanan bangsa.
“Ada hari santri, itu hakikatnya bahwa yang berjuang memerdekakan Indonesia itu dari para santri,” ucapnya, seakan meneguhkan kembali arti perjuangan pesantren.
Lebih dari sekadar sejarah, Kyai Thaifur menitipkan pesan batin untuk para mahasantri. Ia memberi nasehat yang sangat berarti.
KH. Thaifur menasihati kepada santri-santri agar tidak mudah berpuas diri sebelum mendapat restu dan pengakuan dari guru.
“Santri jangan pernah bangga sebelum dibanggakan oleh gurunya,” katanya, meninggalkan jejak kalimat 3 tahun silam.
Dalam suasana penuh perhatian, Kyai Thaifur juga menegaskan pentingnya menjaga persatuan umat. Ia meminta agar umat Islam tidak mudah terprovokasi oleh tuduhan dan stigma.
“Walaupun kita dituduh apapun, jangan pernah terpancing. Biar saja, diam. Karena itu politiknya orang kafir untuk memecah belah kaum muslimin,” pesannya dengan nada penuh ketegasan.
Bagi para santri yang hadir, pertemuan itu bukan hanya sekadar kunjungan. Ia adalah bagian dari rangkaian kenangan indah yang kini menjadi warisan. Ketika dua tokoh kharismatik duduk bersama, menyatukan semangat ilmu, pesan persaudaraan, dan cinta kepada umat.
Waktu telah berlalu, dan kedua ulama itu kini sudah tiada. Namun kata-kata mereka tetap hidup, menjadi penuntun dalam diam, dan kenangan perjumpaan itu akan selalu dikenang sebagai salah satu lembar indah dalam perjalanan Ma’had Aly Darussalam Martapura.
Penulis: Anwar Syarif
Editor: Muhammad Fahrie
