ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Tuan Guru Husin Ali besar di pangkuan Syekh Kasyful Anwar Al Banjari. Beliau belajar pada ulama yang menjadi tonggak Pondok Pesantren Darussalam Martapura itu, hampir di setiap bidang ilmu agama.
Tuan Guru H Husin atau yang lebih dikenal dengan Guru Husin Ali adalah anak seorang ulama Makkah keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bernama Syekh Ali Al Banjari. Beliau dilahirkan di Makkah Al Mukarromah pada 6 Juli 1908 Masehi.
Ketika Guru Husin Ali berusia 8 tahun, tepatnya di tahun 1916, situasi tanah haram sedang tidak kondusif. Hal itu diakibatkan pecahnya perang saudara antara kubu Syarif Husein (Turki Usmani) dengan kubu Muhammad Su’ud bin Abdul Aziz.
Melihat kondisi itu, Syekh Ali Al Banjari menyerahkan Guru Husin Ali kecil pada sahabatnya (Syekh Kasyful Anwar Al Banjari) untuk dibimbing ilmu agama di Tanah Banjar.
“Harus hafal Qur’an. Kalau belum hafal Qur’an, belum alim,” ujar KH Muhammad bin Husin Ali, mengutip perkataan kakeknya kepada Syekh Kasyful Anwar.
Syekh Kasyful Anwar memegang amanah itu dengan baik. Beliau membimbing Guru Husin Ali sejak kecil hingga dewasa. Bahkan, beliau kerap berjalan kaki dari kediamannya di Kampung Melayu ke rumah Guru Husin Ali di Pesayangan Martapura untuk memberi pelajaran.
Ibu dari Guru Husin Ali pun pernah berujar, “Mengapa kamu bersusah payah ke Pesayangan, mestinya Husin-lah yang menemuimu?”
Syekh Kasyful Anwar menjawab, “Ini amanah dari suamimu.”
“Padahal, kala itu Guru Husin Ali sudah berumur remaja,” terang Guru Muhammad Husin.
Di bawah bimbingan Syekh Kasyful Anwar, Guru Husin Ali tumbuh menjadi sosok sesuai harapan Syekh Ali. Yakni, alim dan hafal qur’an.
Selain belajar pada Syekh Kasyful Anwar dan nyantri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, beliau juga belajar pada Syekh Abdul Hamid Makkah. Kepada Syekh Abdul Hamid, KH Husin Ali belajar ilmu mantiq (logika).
“Syekh Abdul Hamid ini berasal dari Makkah, namun didatangkan Perguruan Madrasah Assalam ke Martapura.” Setelah dinilai memiliki keilmuan yang cukup, Guru Husin Ali dipercaya sebagai pengajar di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura. Bahkan, ketika ada Bahtsul Masail, Syekh Kasyful Anwar menunjuk Guru Husin Ali sebagai ketua dalam kegiatan itu. Hal itu menunjukkan kedalaman ilmu yang dimiliki beliau.
Penulis: Muhammad Bulkini