ALBANJARI.COM, MARTAPURA – Musabaqah Khattil Quran (MKQ) menghadirkan alumnus Madrasah Shaulathiah Makkah sebagai dewan juri pada acara Hari Santri Nasional ke 7 yang diselenggarakan oleh pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Banjar, Minggu (23/10) malam.
Tuan Guru Nakhoi sebagai salah satu dewan juri bersama dengan Ustadz Khairullah Muslim dan Muhammad Mudassir pada acara Hari Santri Nasional. Guru Nakhoi mengatakan mulai belajar Khattil Quran di Makkah.
“Mulai belajar khattil Quran di Kota Makkah, belajar dan sekolah di Shaulathiah Makkah, pengasuh Ustadz Rahmatillah Allah yarham dari India,” ujar Tuan Guru Nakhoi.
Tuan Guru Nakhoi itu adalah juri senior pada Khattil Quran. Sudah malang melintang menjadi dewan juri pada Musabaqah Khattil Qur’an.
“Mulai tahun 1985 sudah menjadi dewan juri tingkat Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Banjar,” ujarnya.
Beliau menyampaikan pesan kepada para peserta lomba, agar menjadikan Khattil Qur’an sebagai motivasi untuk dakwah.
“Yang terpenting itu dengan adanya perlombaan ini supaya memotivasi para peserta khattil qur’an dan mengembangkan syiar Islam, melalui khattil qur’an,” katanya.
“Yang perlu diperbaiki adalah harus sering ikut perlombaan supaya tambah pengalaman, kalau skill rata- rata sudah mahir dan menguasai semuanya,” tambahnya.
Dia mengapresiasi kegiatan MKQ pada peringatan Hari Santri Nasional 2022, karena ini merupakan kepedulian pemerintah daerah terhadap santri.
“Bagus banar (sangat bagus, red) Alhamdulillah, artinya sudah ada kepedulian pemerintah terhadap Hari Santri Nasional ini,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Madrasah Shaulatiah merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah yang didirikan oleh seorang Ulama besar imigran India, Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi.
Madrasah Al-Shaulathiyah adalah madrasah pertama didirikan pada tahun 1292 H di Kerajaan Arab Saudi.
Shaulathiyah adalah madrasah swasta pertama didirikan di sana, sehingga gaungnya menggema ke seluruh dunia. Madrasah ini menghasilkan Ulama-ulama besar dunia, termasuk dari Nusantara.
Shaulatiyah merupakan madrasah tradisional di tengah deru pembaruan pendidikan di Hijaz yang dilancarkan Kesultanan Utsmaniyah, salah satu institusi pendidikan Islam yang cukup terkenal di Makkah di kalangan masyarakat India, Pakistan dan lain-lain termasuk juga komunitas Islam dari dunia Melayu pada saat itu.
Sementara itu, Ahmad Syairofi, sebagai kooordinator MKQ mengatakan harapannya terhadap terselenggaranya MKQ itu agar bermanfaat bagi para peserta kedepannya.
“Harapannya bisa berguna bagi mereka kedepannya,” katanya.
Karya dibuat pada media karton manila ukuran 40×60 (disediakan oleh panitia), sedangkan waktu yang disediakan adalah 180 menit (3 jam), mulai pukul 19.45 -22.45 wita. Jenis khatnya nashi, hiasan mushaf.
Pelaksanaan lomba bertempat di Alun-alun Ratu Zalecha Martapura, Minggu, (23/10).
Reporter: Rohmiah
Editor: Muhammad Bulkini