November 9, 2025
mengapa-kita-harus-mengucap-syukur

Sumber: smadwiwarna.sch.id

Oleh: *Suaidi HR – Pengurus Lembaga Bahtsul Masail PCNU Banjar

Albanjari.com – seringkali terdengar ungkapan “Syukuri apa yang ada, tidak usah mencari yang tidak ada.”

Sekilas, dua kalimat ini benar. namun sayangnya, seringkali disalahpahami dan dijadikan pembenaran untuk tidak memperjuangkan keadaan yang sedang dialami.

Untuk dapat memahami ini, harus diketahui apa makna syukur itu sebenarnya. Apakah memang ketika sudah bersyukur maka seseorang tidak perlu lagi berusaha?

Imam Qusyairi di dalam kitabnya mencantumkan tentang hakikat syukur:

حقيقة الشكر عِنْدَ أهل التحقيق الاعتراف بنعمة المنعم عَلَى وجه الخضوع

Artinya: “Mengakui nikmat yang berasal dari Allah lewat cara tunduk kepada-Nya.” (Al-Qusyairi, Arrisalah Qusyairiyah, hal. 312)

Sedangkan penerapan bersyukur sendiri menurut Imam Al-Ghazali dalam “Ihya Ulumiddin” terbagi menjadi tiga bagian:

وهذا العمل يتعلق بالقلب وباللسان وبالجوارح أَمَّا بِالْقَلْبِ فَقَصْدُ الْخَيْرِ وَإِضْمَارُهُ لِكَافَّةِ الْخَلْقِ وَأَمَّا بِاللِّسَانِ فَإِظْهَارُ الشُّكْرِ لِلَّهِ تَعَالَى بِالتَّحْمِيدَاتِ الدَّالَّةِ عَلَيْهِ وَأَمَّا بِالْجَوَارِحِ فَاسْتِعْمَالُ نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى فِي طَاعَتِهِ وَالتَّوَقِّي مِنَ الِاسْتِعَانَةِ بِهَا عَلٰى مَعْصِيَتِهِ

1. Bersyukur dengan hati: memiliki itikad baik dan menebarkannya kepada seluruh manusia.

2. bersyukur dengan ucapan: mengucapkan pujian kepada sang pemberi nikmat.

3. bersyukur dengan perbuatan: menggunakan nikmat yang diberi Allah untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

Dari keterangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa keliru jika menganggap bersyukur dapat membenarkan seseorang berhenti untuk memperjuangkan keadaan nya untuk menjadi lebih baik, karena tidak ada satupun makna syukur yang menunjukkan hal demikian.

Bahkan, Al Qur’an mengisyaratkan bahwa bersyukur dilakukan setelah ada upaya untuk mencari karunia Allah.

Allah berfirman :

وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.” (QS: An-Nahl: 14)

Dalam Ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memberikan kepada Hamba-Nya kemampuan untuk mengambil manfaat lautan lewat mengambil dan memakan Ikannya, dan mencari perhiasan yang dapat dipakai mereka, agar dia dapat bersyukur.

Dalam artian, seseorang itu dapat bersyukur setelah berikhtiar untuk mendapatkan karunia yang Allah sediakan. Bukan hanya dengan berdiam diri tanpa memanfaatkan potensi yang Allah berikan.

Jadi jelaslah, ungkapan di awal memang benar. namun seringkali dijadikan tameng oleh mereka yang malas dan tidak mau berikhtiar dan berkembang.

Karena itu, ungkapan yang lebih sesuai; “Berusahalah untuk mendapatkan karunia-Nya yang tersebar di muka bumi. Namun jangan lupa syukuri apa yang sudah Dia berikan. Sebab dengan bersyukur usaha itu akan menjadi berlipat ganda hasilnya”.

لئن شكرتم لأزيدنكم

Artinya: “Jika kalian bersyukur, maka (pasti) akan aku tambahkan kepada kalian (nikmatku).” (QS: Ibrahim: 7)

*)Penulis adalah: Alumni Madrasah Darussalam Tahfidz dan Ilmu Al-Qur’an


Editor: Muhammad Fahrie

cropped-Coklat_Hitam_Simpel_Kata_Motivasi_Kiriman_Instagram__16_-removebg-preview
Admin Albanjari